Dirut Baru Garuda Indonesia Irfan Setiaputra/Foto: Agung Pambudhy |
Jakarta - Irfan Setiaputra baru beberapa hari menjabat sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Namun, ia punya pekerjaan berat, yakni beres-beres utang bejibun.
Tak tanggung-tanggung, Irfan menyebut, maskapai pelat merah tersebut punya utang sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 6,8 T (kurs Rp 13.600).
"(US$ 500 juta) itu utang lama, itu jatuh tempo (Mei 2020)," ungkap Irfan di Kantor Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Jakarta Pusat, Jumat (24/1/2020).
Ia menuturkan, pihaknya sedang mencari cara untuk mengatasi utang ini. Salah satunya dengan melakukan mencari utang baru dan restrukturisasi perpanjangan masa pembayaran.
"Kita akan raise fund lagi. Itu kita lagi perpanjang, kita lagi re-structuring," ujar Irfan
"Itu jatuh temponya dalam waktu dekat. Mestinya ada penurunan sedikit total utang. Tapi total itu jatuh tempo jadi kita mesti bayar mayoritas mungkin dengan utang baru," terang dia.
Ditemui dalam kesempatan terpisah, Irfan memberi catatan. Utang baru yang diperoleh perusahaan akan dikelola sehingga perusahaan mendapat untung.
"Teman-teman mohon dipahami kita selalu mengupayakan pengelolaan utang dengan cara membuat perusahaan ini profitable. Perusahaan ini tidak pernah profit yang terjadi utang meningkat. Itu jadi perhatian kita," sambungnya.
Ia menambahkan, pihaknya juga akan melakukan negosiasi dengan pabrikan dan perusahaan leasing untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
"Benar, kita juga akan terus negosiaisi terhadap manufaktur maupun lessor karena kalau Anda lihat struktur biayanya besar sekali memang selain avtur, biaya leasing ini," paparnya.
Selain utang, Irfan juga punya pekerjaan rumah menyelesaikan masalah penyalahgunaan wewenang, termasuk soal pelecahan pramugari. Ia mengatakan, dalam waktu dekat akan meneken perjanjian atau pakta integritas antara direksi dan karyawan.
"Kita dalam waktu dekat, kita sudah sepakat tadi malam akan start pakta integritas, kita direksi dan dengan karyawan, yang sempat kita sebutkan penyalahgunaan wewenang atasan terhadap bawahan, kita tidak akan masuk ranah pribadi, kita membatasi atau kita melarang kalau terjadi penyalahgunaan atasan bawahan," paparnya di Kementerian BUMN Jakarta Pusat, Jumat (24/1/2020).
Irfan belum merinci poin pakta integritas yang dimaksud. Yang pasti, kata dia, pihaknya komitmen untuk menghapus pelecehan tersebut. Dia juga menegaskan, pelecehan merupakan tindakan yang tak termaafkan.
"Mudah-mudahan awal minggu depan akan detilkan item-item di sananya. Tapi yang saya mau tekankan dua hal, soal pelecehan ini we are commit," ujarnya.
"Kedua kita sepakat memberi contoh, dan kita mau mengatakan tak termaafkan, kita pasti mendefinisikan level pelecehan tersebut," tambahnya.
Irfan mengatakan, hal itu dilakukan agar citra Garuda menjadi lebih baik di mata publik.
"Itu komitmen kami, Pak Komut akan review dari waktu ke waktu, kita lihat sama-sama, kita tegakan. Saya percaya kalau itu ditegakkan persepsi publik akan lebih baik," tutupnya.